Nama: Akbario Hadi Wijaya
Kelas: 2PA07
NPM: 10514700
FENOMENA KESEHATAN MENTAL DI MASYARAKAT
Konsep normal dan
Abnormal
1. Menurut Supratiknya (1995) merumuskan konsep
normal dan abnormal agak susah dikarenakan Sulit menemukan model manusia
yang ideal dan sempurna.
2. Dalam banyak kasus tidak adanya
batas-batas yang jelas antara perilaku normal dan abnormal.
Normal dan abnormal
perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan pendekatan. Profesor Suprapti
Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam membuat pedoman tentang normalitas:
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.
Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.
2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada faktor sosial kultural setempat.
Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.
Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.
2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada faktor sosial kultural setempat.
Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.
Berikut pengertian keadaan normal secara konseptual :
1. Sehat adalah keadaan berupa kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya
atau keadaan lemah tertentu (World Health Organization-WHO)
2.
Karl Meninger, seorang
psikiater, memberikan rumusan sebagai berikut "kesehatan mental adalah
penyesuaian manusia terhadap dunia dan satu sama lain dengan keefektifan dan
kebahagiaan yang maksimum. Ia bukan hanya berupa efisiensi atau hanya perasaan
puas atau keluwesan dalam mematuhi aturan permainan dengan riang hati.
Kesehatan mental mencakup itu semua. kesehatan mental meliputi kemampuan
menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan
orang lain dan sikap hidup yang bahagia."
3.
H.B. English, seorang
psikolog, memberikan rumusan sebagai berikut: "kesehatan mental adalah
keadaan yang relatif tetap di mana sang pribadi menunjukkan penyesuaian atau
mengalami aktualisasi diri. kesehatan mental merupakan keadaan positif bukan
sekedar absennya gangguan mental"
4.
W.W. Boehm, seorang
pekerja sosial, memberikan suatu pengertian "kesehatan mental meliputi
suatu keadaan dan taraf keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan
memberikan kepuasan bagi orang yang bersangkutan."
Dari keempat rumusan
tersebut menekankan normalitas sebagai keadaan sehat yang secara umum ditandai
dengan keefektifan dan penyesuaian diri yaitu menjalankan kewajiban serta
tuntutan hidup sehari-hari sehingga menimbulkan perasaan puas dan bahagia.
Beberapa
ciri orang yang Sehat-Normal
Maslow dan Mittelmann menyatakan bahwa pribadi yang
normal dengan jiwa yang sehat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a.
Memiliki rasa aman yang tepat (sense of security)
b.
Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan wawasan (insight) yang
rasional.
c.
Memiliki spontanitas dan emosional yang tepat.
d.
Memiliki kontak dengan realitas secara efisien.
e.
Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu yang sehat.
f.
Memiliki pengetahuan mengenai dirinya secara objektif.
g.
Memiliki tujuan hidup yang adekuat, tujuan hidup yang realistis, yang didukung
oleh potensi.
h.
Mampu belajar dari pengalaman hidupnya.
i.
Sanggup untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kelompoknya.
j.
Ada sikap emansipasi yang sehat pada kelompoknya.
k.
Kepribadiannya terintegrasi
Kriteria
Pribadi yang normal menurut W.F. Maramis.
Menurut Maramis, terdapat enam kelompok sifat yang
dapat dipakai untuk menentukan ciri-ciri pribadi yang Sehat-Normal,
adalah sebagai berikut :
1.
Defini Abnormal
Abnormal
artinya menyimpang dari yang normal. Manusia merupakan makhluk multi
dimensional. Manusia merupakan makhluk biologis, makhluk individu, makhluk
sosial, makhluk etis, dst, sehingga perilaku manusia dapat dijelaskan dari
dimensi-dimensi tersebut, begitu juga bila berbicara mengenai abnormalitas
jiwa.
2.
Kriteria Abnormal
a. Abnormalitas menurut Konsepsi Statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal
bila menyimpang dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama
abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal diantara
komunitas orang yang tidak jujur.
b. Abnormal menurut Konsepsi Patologis
Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan
tidak normal bila terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu,
misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang
tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah
individu yang normal.
c. Abnormal menurut Konsepsi Penyesuaian
Pribadi
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya
baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya
dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang
normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan,
kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya
tidak normal.
d. Abnormal menurut Konsepsi Penderitaan/tekanan
Pribadi
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan
penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.
e. Perilaku berbahaya
Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain
dapat dikatakan abnormal.
f.
Abnormalitas menurut Konsepsi Sosio-kultural
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya
baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya
dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang
normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan,
kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya
tidak normal
g.
Abnormalitas menurut Konsepsi Kematangan Pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan
normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila
dirinya mampu berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.
h. Disability (tidak stabil)
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk
didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan
abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut
berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria
pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat
relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.
Kesimpulan
Dalam
hal ini, dapat di simpulkan bahwa perilaku normal dan abnormal dapat
dipengaruhi oleh beberapa foktar baik eksternal maupun internal. Perilaku ini
dapat dibedakan sesuai dengan keadaan psikologis seseorang baik dalam hal
bertingkah laku pada dirinya sendiri maupun pada masyarakat di lingkungannya.
Sehingga dalam hal ini kita harus mengetahui sejauh mana batas – batas normal
dalam masyarakat serta menjadikan kita individu sosial yang dapat membedakan
kedua hal tersebut secara jelas dan dapat mengendalikan diri kita dengan
baik terhadap kondisi lingkungan dimasyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Kartono, Kartini, DR, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Penerbit Mandar Maju. 1989.
Semium, Yustinus, OFM, Kesehatan Mental I. Yogyakarta: Kanisius. 2006.
Kartono, Kartini, DR, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Penerbit Mandar Maju. 1989.
Semium, Yustinus, OFM, Kesehatan Mental I. Yogyakarta: Kanisius. 2006.
No comments:
Post a Comment