Wednesday, March 23, 2016

Nama: Akbario Hadi Wijaya
Kelas: 2PA07
NPM: 10514700

FENOMENA KESEHATAN MENTAL DI MASYARAKAT

Konsep normal dan Abnormal
1.      Menurut Supratiknya (1995) merumuskan konsep normal dan abnormal agak susah dikarenakan Sulit menemukan model manusia yang ideal dan sempurna.
2.       Dalam banyak kasus tidak adanya batas-batas yang jelas antara perilaku normal dan  abnormal.
Normal dan abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan pendekatan. Profesor Suprapti Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam membuat pedoman tentang normalitas:

1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.
Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.

2. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada faktor sosial kultural setempat.
Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada mereka yang sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.

Berikut pengertian keadaan normal secara konseptual :
1.      Sehat adalah keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara penuh dan bukan semata-mata berupa absennya atau keadaan lemah tertentu (World Health Organization-WHO)
2.                 Karl Meninger, seorang psikiater, memberikan rumusan sebagai berikut "kesehatan mental adalah penyesuaian manusia terhadap dunia dan satu sama lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang maksimum. Ia bukan hanya berupa efisiensi atau hanya perasaan puas atau keluwesan dalam mematuhi aturan permainan dengan riang hati. Kesehatan mental mencakup itu semua. kesehatan mental meliputi kemampuan menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain dan sikap hidup yang bahagia."
3.                 H.B. English, seorang psikolog, memberikan rumusan sebagai berikut: "kesehatan mental adalah keadaan yang relatif tetap di mana sang pribadi menunjukkan penyesuaian atau mengalami aktualisasi diri. kesehatan mental merupakan keadaan positif bukan sekedar absennya gangguan mental"
4.                 W.W. Boehm, seorang pekerja sosial, memberikan suatu pengertian "kesehatan mental meliputi suatu keadaan dan taraf keterlibatan sosial yang diterima oleh orang lain dan memberikan kepuasan bagi orang yang bersangkutan."
Dari keempat rumusan tersebut menekankan normalitas sebagai keadaan sehat yang secara umum ditandai dengan keefektifan dan penyesuaian diri yaitu menjalankan kewajiban serta tuntutan hidup sehari-hari sehingga menimbulkan perasaan puas dan bahagia.

Beberapa ciri orang yang Sehat-Normal
Maslow dan Mittelmann  menyatakan bahwa pribadi yang normal dengan jiwa yang sehat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a.    Memiliki rasa aman yang tepat (sense of security)
b.   Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan wawasan (insight) yang rasional.
c.    Memiliki spontanitas dan emosional yang tepat.
d.   Memiliki kontak dengan realitas secara efisien.
e.    Memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu yang sehat.
f.    Memiliki pengetahuan mengenai dirinya secara objektif.
g.  Memiliki tujuan hidup yang adekuat, tujuan hidup yang realistis, yang didukung oleh    potensi.
h.   Mampu belajar dari pengalaman hidupnya.
i.    Sanggup untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kelompoknya.
j.    Ada sikap emansipasi yang sehat pada kelompoknya.
k.   Kepribadiannya terintegrasi
       Kriteria Pribadi yang normal menurut W.F. Maramis.
Menurut Maramis,  terdapat enam kelompok sifat yang dapat dipakai untuk menentukan ciri-ciri pribadi yang  Sehat-Normal, adalah sebagai berikut :
*      Sikap terhadap diri sendiri : menerima dirinya sendiri, identitas diri yang memadai, serta  penilaian yang realistis terhadap kemampuannya.
*      Cerapan (persepsi) terhadap kenyataan : mempunyai pandangan yang realistis tentang diri   sendiri dan lingkungannya.
*      Integrasi: kesatuan kepribadian, bebas dari konflik pribadi yang melumpuhkan dan memiliki daya tahan yang baik terhadap  stres.
*       Kemampuan : memiliki kemampuan dasar secara fisik, intelektual, emosional, dan sosial sehingga mampu mengatasi berbagai masalah.
*      Otonomi : memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang memadai, bertanggung jawab, mampu mengarahkan dirinya pada tujuan hidup.
*      Perkembangan dan perwujudan dirinya : kecenderungan pada kematangan yang makin tinggi.
1.   Defini Abnormal
         Abnormal artinya menyimpang dari yang normal. Manusia merupakan makhluk multi dimensional. Manusia merupakan makhluk biologis, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk etis, dst, sehingga perilaku manusia dapat dijelaskan dari dimensi-dimensi tersebut, begitu juga bila berbicara mengenai abnormalitas jiwa.
2.   Kriteria Abnormal
      a.    Abnormalitas menurut  Konsepsi  Statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas. Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.
      b.   Abnormal  menurut  Konsepsi  Patologis
Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat simptom-simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah individu yang normal.
     c.     Abnormal  menurut  Konsepsi Penyesuaian Pribadi
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.
     d.    Abnormal menurut  Konsepsi Penderitaan/tekanan  Pribadi
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.
*      Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
*      Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.
*      Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
e.     Perilaku berbahaya
                        Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat dikatakan abnormal.
 f.     Abnormalitas  menurut  Konsepsi  Sosio-kultural
Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal
     g.    Abnormalitas menurut  Konsepsi Kematangan  Pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya.
     h.    Disability (tidak stabil)
              Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
*      Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.








Kesimpulan
            Dalam hal ini, dapat di simpulkan bahwa perilaku normal dan abnormal dapat dipengaruhi oleh beberapa foktar baik eksternal maupun internal. Perilaku ini dapat dibedakan sesuai dengan keadaan psikologis seseorang baik dalam hal bertingkah laku pada dirinya sendiri maupun pada masyarakat di lingkungannya.
            Sehingga dalam hal ini kita harus mengetahui sejauh mana batas – batas normal dalam masyarakat serta menjadikan kita individu sosial yang dapat membedakan kedua hal tersebut secara jelas dan  dapat mengendalikan diri kita dengan baik terhadap kondisi lingkungan dimasyarakat.



DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini, DR, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Penerbit Mandar Maju. 1989.
Semium, Yustinus, OFM, Kesehatan Mental I. Yogyakarta: Kanisius. 2006
.

No comments:

Post a Comment