Friday, June 17, 2016
Tuesday, June 14, 2016
Pengertian Perilaku Konsumtif
Pengertian Perilaku Konsumtif adalah -
Kata “konsumtif” sering diartikan sama dengan “konsumerisme”. Padahal kata yang
terakhir ini mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan
konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk
mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan
untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2003).
Faktor-Faktor Perilaku Konsumtif
Menurut Kottler dan Amstrong (1997) ada
beberapaa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses perilaku
pembelian. Berdasarkan konteks pria metroseksual maka faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah :
1. Pekerjaan, Pria metroseksual kebanyakan adalah eksekutif muda. Masalah penampilan
jelas terlihat dari pakaian dengan segala atributnya seperti dasi, sepatu
sampai parfum dan sebagainya. Faktor yang relevan dengan sisi penampilan juga
ditambah dengan perawtan tubuh mulai dari salon, spa dan klub fitnes.
2. Situasi ekonomi, Kartajaya,dkk (2004) mengatakan bahwa pria
metroseksual biasanya berasal dari kalangan dengan penghasilan ekonomi yang
besar. Besarnya materi yang dikeluarkan untuk menunjang perilaku
konsumtif yang mereka lakukan bukan menjadi masalah.
Aspek Positif dan Negatif Perilaku Konsumtif
Kegiatan mengkonsumsi yang berlebihan
dapat menimbulkan perilaku konsumtif masyarakat. Perilaku konsumtif
adalah perilaku manusia yang melakukan kegiatan konsumsi yang
berlebihan.Perilaku konsumtif ini bila dilihat dari sisi positif akan
memberikan dampak:
1. Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan membutuhkan tenaga
kerja lebih banyak untuk memproduksi barang dalam jumlah besar.
2. Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah penghasilan, karena
konsumen akan berusaha menambah penghasilan agar bisa membeli barang yang
diinginkan dalam jumlah dan jenis yang beraneka ragam.
3. Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang yang
dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna
mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Bila di lihat dari sisi negatifnya, maka perilaku konsumtif akan menimbulkan
dampak:
1. Pola hidup yang boros dan akan menimbulkan kecemburuan sosial, karena orang
akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang
tersebut murah atau mahal, barang tersebut diperlukan atau tidak, sehingga bagi
orang yang tidak mampu mereka tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan
yang seperti itu.
2. Mengurangi kesempatan untuk menabung, karena orang akan lebih banyak
membelanjakan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung.
3. Cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang, orang akan
mengkonsumsi lebih banyak barang pada saat sekarang tanpa berpikir kebutuhannya
di masa datang.
Daftar Pustaka
Thursday, March 31, 2016
Teori Kepribadian Sehat Humanistik &
Pendapat Allport
Aliran Humanistik
Istilah psikologi humanistik
(Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada
awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam
mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual
dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan
behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a
third force) karena humanistik muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang
manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa.
Menurut aliran humanistik
kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang
terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat
adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang
terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah
mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap
individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala
sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Kepribadian yang sehat menurut
humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang
bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan
diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau
mayoritas.
4) Jujur; menghindari
kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak
popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja
yang ingin dilakukan.
Pendapat Allport tentang
Kesehatan Mental
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan
kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang
“diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang
akan membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalah proprium dan dapat
didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata
“appropriate”.
Proprium menunjuk
kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti
bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan
bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang
sebagai yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan
diketahui”.
Proprium berkembang
dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila
semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut
dipersatukan dalam suatu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini.
Munculnya proprium merupakan
suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan
dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat membedakan antara diri
(“saya”) dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah
tingkat pertama perkembangan proprium diri
jasmaniah. Kesadaran akan “saya jasmaniah” misalnya bayi membedakan
antara jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang dalam jari-jarinya.
Identitas diri. Pada tingkat
kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak
mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang
terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin
adalah bayangan yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa
perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi
pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
Harga diri. Tingkat
ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak
sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri.
Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang
menentukan, apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka
perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul
perasaan dihina dan marah.
Perluasan diri (self extension). Tingkat
perkembangan diri berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun.
Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya
dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara
tentang “kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk
memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri. Gambaran diri berkembang pada tingkat
berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya
tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara
orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa orangtuanya
mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu dan manjauhi
itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua,
anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk
perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Diri sebagai pelaku rasional. Setelah anak
mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional
mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari
guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah
diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak
belajat bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan
proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan proprium (propriate
striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate
striving), tingkat terakhir tingkat terakhir dalam perkembangan diri
(selfhood) timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa
yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru,
segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu
tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang
memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
Perkembangan dari daya dorong
kedepan, intensi-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu
mendorong kepribadian yang matang. “sasaran-sasaran yang menentukan” ini dalam
pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat.
Tujuh tingkat diri atau proprium ini berkembang dari masa bayi
sampai masa adolesensi. Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat pada setiap
tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat
integrasi harmonis dari tignkat-tingkat itu dalam proprium. Dengan demikian pengalaman-pengalaman masa
kanak-kanak sangat penting dalam perkembangan kepribadian yang sehat.
7 Kriteria Kematangan
Tujuh criteria kematangan ini
merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari
kepribadian sehat.
1). Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak
orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri
bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang harus
menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini
“pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang
penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Menurut Allport, suatu aktivitas
harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti sesuatu bagi orang itu.
Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda percaya bahwa pekerjaan
itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa enak, maka anda merupakan
seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas itu lebih berarti
daripada pendapatan yang diperoleh dan memuaskan kebutuhan-kebuthan lain juga.
Semakin seseorang terlibat
sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka ia semakin sehat
secara psikologis. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh
arti dan menjadi perluasan perasaan diri.
2). Hubungan Diri yang Hangat
dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam
kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman
dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara
psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak,
partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini
adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, syarat lain bagi
kapasitas keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan
baik.
Ada perbedaan antara
hubungan cinta dari orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari
kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang yang neurotis harus menerima
cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila
mereka membari cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan
kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang yang sehat
adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat.
Perasaan terharu, tipe kehangatan
yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan
kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk
memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan
kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul
melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan
pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas
perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku
orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat
menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki
kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan
tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3). Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian yang
sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang
sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu
aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam
saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis
menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat itu, berkali-kali
memperlihatkan kemarahan atau kebencian.
Kualitas lain dari keamanan
emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”.
Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran, tidak menyerah
diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikiran cara-cara yang berbeda, yang
kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau
tujuan-tujuan substitusi.
4). Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang
dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali
harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang
sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi
semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap
realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5). Keterampilan-keterampilan dan
Tugas-tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan
menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu,
suatu tingkat kemampuan. Kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu
secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam
pekerjaan kita.
Allport mengemukakan bahwa ada
kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi
neurotis, akan tetapi tidak mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang
yang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Allport
mengutip apa yang dikatakan Harvey Cushing, ahli badah otak yang terkenal,
“satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu
tugas”.
Pekerjaan dan tanggung jawab
memberikan arti dan perasaan kontinuitis untuk hidup. Tidak mungkin mencapai
kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang
penting melakukannya dengan dedikasi, komotmen, dan keterampilan-keterampilan.
6). Pemahaman Diri
Kepribadian yang sehat mencapai
suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang
neurotis. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam
merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi atau wawasan diri
tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada
orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki wawasan diri
yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki wawasan diri
yang kurang.
7). Filsafah Hidup yang
Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil
memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa
depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan)
adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang
mempersatukan.
Memiliki nilai-nilai yang kuat,
jelas memisahkan orang yag sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis
tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah
dan bersifat sementara sehingga tidak cukup kuat untuk mengikat atau
mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati juga ikut berperan
dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang
atau neurotis sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh
dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa
kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu
perasaan kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain.
Daftar Pustaka
Basuki, Heru. (2008). Psikologi
Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Schultz, D. (1991). Psikologi
Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT
ABRAHAM MASLOW
Hirarki Kebutuhan Manusia
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat
kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih
tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan
spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak
merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai
kedua telah puas, dan sebagainya. Hierarkinya adalah sebagai berikut:
Teori Kebutuhan Maslow
1.
Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan
oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan
kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan
datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2.
Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan
pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa
memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat
atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas).
Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
3.
Kebutuhan Cinta, sayang dan
kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis
puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat
muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian
dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan
memberikan rasa memiliki.
4.
Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk
harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk
seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan
untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari
orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan
berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa
rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka
adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan
aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang
itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus
melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa
dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang
sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai
atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang
itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika
ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Kepribadian Sehat Menurut Maslow
Abraham Maslow mengatakan bahwa kepribadian yang sehat adalah Individu
yang dapat mengaktualisasikan dirinya. Individu yang sehat adalah individu yang
dapat mengaktualisasikan diri dengan baik dan imbang, yang artinya
mengaktualisasikan diri secara optimal. Mereka dapat kebutuhan untuk memenuhi
potensi-potensi yang mereka miliki dan mengetahui dan memahami dunia sekitar
mereka. Syarat untuk dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya adalah memenuhi
hierarki kebutuhan yang diatas.
Meta Needs
Meta needs (meta
kebutuhan) merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan kearah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri
bergerak. Maslow juga menyebut kebutuhan tersebut B-values, dan B-values adalah
tujuan dalam dirinya sendiri dan bukan alat untuk mencapai tujuan lain,
keadaan-keadaan ada dan bukan berjuang kearah objek tujuan yang sifatnya
khusus. Apabila keadaan-keadaan ini ada sebagai kebutuhan-kebutuhan dan untuk
memuaskan atau mencapai keadaan tersebut gagal, maka akan menyakitkan, sama
seperti kegagalan untuk memuaskan beberapa kebutuhan yang lebih rendah.
Deficiency Needs
Sedangkan Deficiency
needs, suatu kekurangan kebutuhan dimana individu tak dapat memenuhi
kebutuhannya, kebutuhan yang timbul karena kekurangan. Untuk memenuhi kebutuhan
ini diperlukan bantuan orang lain. Deficiency
need ini meliputi: kebutuhan jasmaniah, keamanan, memiliki dan
mencintai serta harga diri. Dan sifat-sifat dari deficiency needs adalah
ketiadaannya menimbulkan penyakit, keberadaannya mencegah timbulnya penyakit,
pemulihannya menyembuhkan penyakit, dalam situasi tertentu yang sangat kompleks
dan di mana orang bebas memilih, orang yang kekurangan kebutuhan
akan mengutamakan pemuasan kebutuhan ini dibandingkan jenis kepuasan yang lain.
Serta kebutuhan ini tidak aktif, lemah, atau secara fungsional tidak terdapat
pada orang yang sehat.
Ciri-ciri Actualized People
1.
Mempunyai persepsi akan kenyataan yang lebih efisien
2.
Menerima dirinya sendiri, orang lain dan alam.
3.
Memiliki spontanitas, kesederhanaan dan kealamian
4.
Dalam kehidupannya mereka melakukan pendekatan yang berfokus
pada masalah.
5.
Mempunyai kebutuhan akan privasi.
6.
Memiliki kemandirian.
7.
Melakukan penghargaan dengan cara yang selalu baru.
8.
Mengalami pengalaman-pegalaman puncak.
9.
Memiliki keterikatan sosial.
10.
Memiliki hubungan interpersonal yang kuat.
11.
Memiliki sikap yang demokratis
12.
Mempunyai kemampuan untuk membedakan antara cara dan tujuan.
13.
Memiliki rasa humor yang filosofis.
14.
Mempunyai kreativitas
15.
Tidak memilik enkulturasi yang diharuskan oleh kultur.
Sumber:
Schultz, D. (1991). Psikologi
Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian.
Bandung: Rosda
DAFTAR PUSTAKA
http://rizkinurbaiti.blogspot.com/2012/04/teori-kepribadian-sehat-menurut-maslow.html
Hall, C.S., Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 2;
teori-teori holistik (organismik-fenomenologis). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: Penrbit
Kanisius.
Siswanto. (2007). Kesehatan mental. Yogyakarta: Penerbit Andi.
http://psychologydaily.blogspot.com/2011/03/kepribadian-sehat-menurut-maslow-dan.html
http://imansukablog.ngeblogs.com/2009/11/22/ciri”-pribadi-yang-sehat-menurut-abraham-maslow/
schultz, duane “psikologi pertumbuhan”, model-model kepribadian
sehat, 1991
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/ciri-ciri-kepribadian-sehat-menurut-abraham-maslow/
Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham
Maslow, Penerjemah Drs. A. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 1994)
Hall, Calvin S. dan Gardner Lindzey, Teori-teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis), Penerjemah Drs. Yustinus, M.Sc., OFM. (Yogyakarta:
Kanisius, 1993).
Schultz, Suane, Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian
Sehat, Penerjemah Drs. Yustinus, M.Sc., OFM. (Yogyakarta: Kanisius, 1997).
Teori Kepribadian Sehat
Menurut Carl Rogers
Teori Kepribadian Sehat
Menurut Carl Rogers
Menurut Rogers pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu berfungsi
sepenuhnya. Mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi,
kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari pribadi sehat
ini adalah memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih bertindak bebas, kreatif
dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi ”ada” yaitu menjadi diri sendiri
tanpa bersembunyi dibalik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan
dirinya.
1. Perkembangan Kepribadian “ Self ”
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”. Alwisol (2006: 322)
2. Peranan Positive Rogers dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Peranan positif Regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive Regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive Regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
3. Ciri-ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being) :
a. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
b. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
e. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
1. Perkembangan Kepribadian “ Self ”
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”. Alwisol (2006: 322)
2. Peranan Positive Rogers dalam Pembentukan Kepribadian Individu
Peranan positif Regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive Regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive Regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
3. Ciri-ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being) :
a. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
b. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
e. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
sumber :
Schultz, Duane. (1991). Psikologi
Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media dan Nuansa.
Mahmud. (2005). Psikologi Pendidikan Mutakhir. Bandung:Sahiva
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media dan Nuansa.
Mahmud. (2005). Psikologi Pendidikan Mutakhir. Bandung:Sahiva
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda
Daftar Pustaka.
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta:
Kanisius.
Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi. Bandung:
Nusa Media dan Nuansa.
Mahmud. (2005). Psikologi Pendidikan Mutakhir.
Bandung:Sahiva
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori
Kepribadian. Bandung: Rosda
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT MENURUT
ERICH FROMM
Pengertian Dasar Teori Fromm
Dasar teori Fromm hampir sama dengan Freud, Ia setuju dengan
Freud yang menekankan pentingnya motivasi, tetapi ia tidak sependapat bahwa
motivasi itu pertama-tama bersifat instingtif. Fromm berpendapat bahwa selain
manusia terdorong untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan organic, manusia juga
terdorong menjadi masyhur dan berkuasa, untuk cinta dan untuk merealisasikan
cita-cita religius dan humanistik.
Secara singkat, teori kepribadian yang digagas Fromm sebagai
berikut:
Kebebasan manusia yang semakin luas, menempatkan manusia merasa
semakin kesepian, dengan kata lain kebebasan menjadikan keadaan yang negatif di
mana manusia-manusia melarikan diri.
Manusia selalu berusaha memecahkan kontradiksi-kontradiksi yang
ada padanya. Maksudnya bahwa seorang pribadi merupakan bagian sekaligus
terpisah dari alam; merupakan binatang, dan sekaligus manusia.
Aspek individu, yakni aspek binatang dan aspek manusia merupakan
kondisi-kondisi dasar eksistensi manusia, yang berasumsi bahwa, “pemahaman
tentang psikhe manusia
harus berdasarkan manusia tentang kebutuhan manusa yang berasal dari
kondisi-kondisi eksistensinya.
Kepribadian orang akan berkembang menurut kesempatan yang
diberikan kepadanya oleh masyarakat tertentu.
Sebagai manusia tidak lepas dari pasangan tipe karakter nekrofilus danbiofilus. Nekrofilus adalah orang yang tertarik pada
kematian, sedangkanbiofilus adalah
orang yang mencintai kehidupan.
Sekarang ini lima tipe masyarakat sudah sdemikian menggenjala,
berbeda dengan masa-masa sebelumnya, seperti reseptif, eksploitatif,
penimbunan, pemasaran, dan produktif.
Kepribadian yang Sehat Menurut
Fromm
Fromm memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang
sehat. Orang yang demikian mencintai seutuhnya, kreatif, memiliki
kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri
secara obejektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan
dengan dan berakar di dunia, subjek atau pelaku dari diri dan takdir, dan bebas
dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif , yakni suatu konsep yang
serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan orang yang
mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang
sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan kata
“orientasi” , Fromm menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau segi
pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual,
emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan
peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri sendiri.
Empat segi tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu
menjelaskan apa yang dimaksudkan Fromm dengan orientasi produktif. Keempat segi
tambahan itu adalah cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagian dan
suara hati.
Cinta yang produktif adalah
suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana rekan-rekan dapat
mempertahankan individualitas mereka. Tercapainya cinta yang produktif
merupakan salah satu dalam prestasi-prestasi kehidupan yang lebih sulit. Kita
tidak “jatuh” dalam cinta; kita harus berusaha sekuat tenaga karena cinta yang
produktif menyangkut empat sifat yang menantang – perhatian, tanggung jawab,
respek, dan pengetahuan.
Pikiran yang produktif meliputi
kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir yang produktif didorong
oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif
dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya.
Kebahagian adalah suatu
bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif;
kebahagian itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Fromm menuliskan bahwa
suatu perasaan kebahagian merupakan bukti bagaimana berhasilnya seseorang
“dalam seni kehidupan”. Kebahagian merupakan prestasi kehidupan yang paling
luhur.
Suara hati memiliki dua
tipe, yakni suara hati otoriter dan suara hati humanisti. Suara hati otoriter
adalah penguasa yang berasal dari luar yang di internalisasikan, yang memimpin
tingkah laku orang itu. Sedangkan suara hati humanistis ialah suara dari dalam
diri dan bukan juga dari suatu perantara dari luar diri. Pendoman kepribadian
sehat untuk tingkah laku bersifat internak dan individual. Orang bertingkah
laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyikapi
seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan seluruh
persetujuan dan kebahagian dari dalam. Kesehatan jiwa dalam pandangan Fromm di
tetapkan oleh masyarakat, karena kodrat struktur sosial membantu atau
menghalangi kesehatan psikologis. Apabila masyarakat-masyarakat yang sakit, maka
satu-satunya cara untuk mencapai orientasi produktif ialah dengan hidup dalam
suatu masyarakat yang waras dan sehat, yaitu masyarakat yang memajukan
produktivitas.
Ciri-ciri Kepribadian Sehat
Menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam
masyarakat.
2.
Mampu mencintai dan dicintai.
3.
Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan
itu,
4.
Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat.
5.
Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa
merusaknya.
6.
Memiliki watak sosial yang produktif.
Sumber:
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Hall S, C & Lindzey G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik
(Klinis). Kanisius: Yogyakarta.
Subscribe to:
Comments (Atom)